DAMI. Apa yang terbayang di benak ketika mendengar nama kelinci? Hewan mungil imut dan menggemaskan? Hewan lucu dan suka melompat lompat? Atau seekor hewan ternak yang dapat kita makan dagingnya? Sepertinya bayangan terakhir tadi cukup menyeramkan ya untuk bangsa kelinci. Didunia ini makanan tidak terbatas oleh jenis apa, dari apa terbuatnya, tiap daerah didunia ini selalu memiliki makanan unik dan khas dari daerah mereka tersebut. Tidak berbeda dengan daerah lereng kaki Gunung Lawu yang terkenal dengan hawa sejuk dingin nya. Disini kita bisa nemenukan berbagai makan makanan yang sering kita temui seperti sate, soto, sop, bakmie, dan sebagainya. Uniknya makanan di lereng Gunung Lawu ini banyak terbuat dari bahan bahan dasar yang tidak biasa seperti soto khas tawangmangu yang berisi uritan ayam, lalu sate jeroan kambing, dll. Selain makanan nya yang khas disini terkenal dengan daerah penghasil teh yang berkualitas tinggi. Teh disini dikenal dengan teh yang diambil dari pucuk tertinggi dari tanaman teh tersebut yang tentunya dikenal luas pucuk teh adalah bagian yang paling memiliki rasa terenak dari teh. Disini terdapat banyak sekali jenis teh mulai dari teh pekat atau biasa dikenal esgitel, teh hijau atau green tea, lalu teh hitam yang memiliki rasa kuat dan berkarakter.
Dari keunikan makanan khas lereng Gunung Lawu ini dapat kita sadari bahwa makanan dan minuman khas disini cenderung merupakan comfort food yang berarti makanan yang membuat nyaman ketika memakannya kita serasa seperti dirumah dan sedang bercengkrama bersama ibu kita dan keluarga. Kelembutan makanan khas dari lereng Gunung Lawu ini lebih tergambarkan melalui sate kelinci yang menjadi icon ketika kita bepergian ke daerah Gunung Lawu. Disepanjang jalan kita pasti akan menemui sate ini. Sate kelinci ini terbuat dari kelinci ternak yang khusus dipelihara secara peternakan dan pastinya berbeda dengan kelinci-kelinci lain yang biasanya untuk di pelihara. Kelici peternakan ini memiliki ciri fisik lebih gemuk dan bulunya lebih lebat dari kelinci yang dipelihara.
Kelinci yang dipergunakan untuk sate ini memliki kadar lemak yang bisa dibilang cukup banyak. Banyak orang beranggapan bahwa rasa dari daging kelinci ini tidak jauh beda dengan daging ayam, namun ada satu hal yang membedakannya dari daging ayam, yaitu kandungan lemak pada daging kelinci. Tingginya kandungan lemak pada daging kelinci ini menjadikan ke khas an dari sate kelinci ini yang membuat banyak orang menyukai walau sebelum mencicipinya terkadang orang merasa kasihan dan takut untuk memakan kelinci. Cita rasa lembut dari daging nya dipadu rasa kaldu khas dari lemak kelinci yang meleleh ketika dibakar dipemanggangan menjadikan rasa sate kelinci ini begitu unik dan bisa dibilang “lidah friendly” sekali.
Sate kelici yang akan saya bahas kali ini berada tepat didekat pintu masuk Candi Cetho yang letaknya tepat dengan pos simaksi jalur pendakian gunung lawu via Candi Cetho. Warung makan sate kelinci ini tidak memiliki nama pasti namun orang-orang biasa menyebut warung ini dengan sebutan Warung Sate Candi Cetho Atas. Warung ini memiliki menu sate ayam, sate kelinci kecil/besar, tongseng kelinci/ayam, rica-rica kelinci/ayam, dengan pilihan minuman basic yaitu teh dan jeruk lalu ada beberapa minuman saset lainya.
Citarasa bumbu sate disini hampir seperti rasa sate madura yaitu berbumbu kacang manis gurih dengan kecap manis. Lalu disajikan dengan lontong ataupun nasi sesuai selera pembeli dan juga tentu akan lebih lengkap dengan tambahan sambal cabai yang pedas yang tersedia disetiap meja pengunjung. untuk harga sate disini dibanderol dari 15.000 untuk sate ayam/kelinci kecil dan 17.000 untuk sate kelinci besar serta 5.000 untuk semua minuman.
Ditulis Oleh : Rahadian Akhiru Arya
Komentar
Posting Komentar