PEROLEHAN. Siapa yang tak mengenal kota Semarang sebagai kota Lumpia? Semarang yang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini telah lama dikenal sebagai Kota Lumpia yang pastinya ada yang menjadi pelopor akan hal tersebut. Tak lain berasal dari sebuah warung lumpia di Gang Lombok No 11 yang menjadi pelopor lumpia di Semarang.
Lumpia sendiri telah menjadi oleh-oleh khas dari Kota Semarang. Yang mana akan terasa kurang lengkap jika berwisata ke Semarang namun tidak membawa oleh-oleh yang merupakan kudapan antara Tionghoa dan Indonesia tersebut secara langsung dari Semarang. Keberadaan lumpia bermula dari pernikahan pedagang China Tjoa Thay Joe dengan seorang pedagang Jawa yakni Wasih. Lalu keduanya mencampurkan makanan pelengkap dari China dan Jawa yang membentuk kudapan berisi udang dan rebung. Kemudian mereka mencoba untuk menjual di pasar malam Belanda waktu itu yang menjadikan masyarakat dapat mengenal makanan hasil pencampuran dua suku dan mereka menyebutnya Lumpia.
Usaha lumpia tersebut ternyata dapat terus berjalan hingga anak-anaknya memutuskan untuk meneruskan dengan membuka warung yang tepatnya di Gang Lombok No 11 yang berlokasi dekat dengan Klenteng Tay Kak Sie yang hingga saat ini menjadi warung lumpia tertua di Semarang. Warung tersebut dikelola hingga empat generasi yang saat ini oleh Purnomo Usodo atau kerap dipanggil Pak Untung. “Jadi, toko ini ya yang pertama jualan lumpia di Semarang Mas, dulu awalnya ya buyutnya Pak Untung itu jualan pakai gerobak kata kakek Saya. Mungkin ada 100 tahun lumpia yang ini Mas” Kata Pak Hendri warga setempat, hari Minggu, (24/04/2022).
Saat berada disana, dapat dilihat warung berukuran kira-kira 20 meter persegi yang termasuk untuk memasak lumpia dari peracikan dan penggorengan lumpia. Dibagian depan tampak beberapa kursi dan meja panjang ala kadarnya untuk pelanggan yang menunggu antrian untuk membawa pulang oleh-oleh yang satu ini.
Yang membedakan lumpia Semarang ini dengan daerah lainnya ialah memakai isian rebung yang dirajang halus kemudian terdapat telur dan daging udang. Tak hanya itu yang membedakan, namun dari segi ukuran lumpia ini lebih besar dan terasa pada saat dimakan. Perpaduan rasa gurih dan renyah dari rebung ditambah manis dari saus kental manis dari sari pati singkong menjadikan lumpia ini terkesan dari Gang Lombok Semarang. Rasa amis di lumpia ini juga tidak terasa karena rebung dibersihkan secara teliti dan berkali-kali. Sebagai pelengkap juga terdapat daun selada dan daun bawang dalam saus kental manisnya.
Lumpia dari Gang Lombok ini juga tidak menggunakan pengawet yang menjadikan tahan dalam waktu yang tidak lama. Terdapat dua jenis olahan, untuk lumpia basah hanya bertahan sekitar 24 jam dalam lemari es, sedangkan untuk lumpia goreng dapat disimpan hingga dua hari. Untuk mendapatkan lumpia ini dipatok dengan harga 20 ribu rupiah tiap bijinya. Dari segi harga memang tampak mahal, namun jika dilihat dari kualitas dan rasa yang didapatkan akan sebanding dengan harga yang dibayarkan. “Saya biasa antri gini Mas, pernah dulu sampe 4 jam ya waktu itu saya tinggal dulu pas saya balik lagi ternyata juga belum jadi. Kalau buat harga memang mahal tapi ya memang dapet lumpia yang beneran lumpia, hehe” kata Elvi warga Semarang pelanggan Loenpia Gang Lombok, hari Minggu, (24/04/2022).
Ditulis Oleh : Muhammad Ilhamul Akbar
Komentar
Posting Komentar