PEROLEHAN. Jika mendengar makanan sate, kebanyakan orang akan berpikir mengenai sate yang terbuat dari daging ayam atau daging kambing. Namun bagaimana jika makanan sate yang disajikan terbuat dari daging ikan bandeng? Menarik, bukan?Sate yang menggunakan daging ikan bandeng ini adalah salah satu makanan daerah khas Provinsi Banten yang dikenal dengan nama sate bandeng. Konon, sate bandeng menjadi salah satu hidangan di Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin yang dibuat oleh juru masak keraton pada saat itu agar Sultan Maulana Hasanuddin dapat menikmati sajian ikan bandeng tanpa khawatir akan duri-durinya. Hal inilah yang membuat makanan ini memiliki cerita sejarahnya tersendiri di lingkungan masyarakat Banten. Seperti yang dikatakan oleh Bu Etin selaku pembuat dan penjual sate bandeng,
“(Sate) bandeng ini kan ada ceritanya, karena sudah ada dari (zaman) dulu, dari waktu masih (zaman) Sultan, waktu (Banten) masih kerajaan. Soalnya (Sultan) suka banget sama (ikan) bandeng, tapi enggak suka tulang (duri) nya. Jadilah diolah sama tukang (juru) masak jadi sate bandeng terus tulang (duri) nya dipisahin. Jadi (Sultan) makannya enak (dan) nyaman” Tutur Bu Etin pada 26/03.Sate bandeng yang menjadi khas dari daerah Lebak ini menggunakan bahan dasar utama dari ikan bandeng utuh yang durinya telah dibersihkan terlebih dahulu. Selain berbahan dasar utama ikan bandeng, bahan yang digunakan juga meliputi kelapa yang telah diparut, santan, telur ayam, garam, gula, minyak goreng dan bilah bambu serta daun pisang untuk membungkusnya. Kemudian, rempah-rempah yang digunakan adalah bawang merah, bawang putih, cabai merah, kencur, jahe, lengkuas, kunyit yang dibakar dan jintan.
Sate bandeng dibuat melalui cara pembuatan yang cukup sulit. Pertama, ikan bandeng dibersihkan dengan mengeluarkan isi perut dan sisik ikan. Setelah itu, ikan bandeng dipukul-pukul hingga badan ikan terasa lebih hancur, namun dalam proses ini, kulit dari ikan bandeng tidak boleh rusak. Kemudian, ekor ikan bandeng dipatahkan lalu badan ikan bandeng ditarik agar bagian kanan dan kiri ikan menjadi lebih lembek dan tulang ikan pun dapat ditarik. Setelah itu, daging ikan dihaluskan. Proses inilah yang cukup sulit dan membutuhkan ketelitian yang baik. Setelah melalui proses tersebut, daging ikan bandeng, kelapa parut dan bumbu disangrai secara terpisah untuk kemudian dicampurkan dan dimasak hingga matang.
Tidak hanya sampai disitu, setelah dimasak, daging ikan bandeng dicampur dengan telur ayam dan santan. Kemudian, dimasukkan ke dalam kulit ikan bandeng. Setelah itu, daging ikan bandeng dijepit dengan dua bilah bambu dan dibungkus menggunakan daun pisang. Terakhir, sate bandeng dibakar selama kurang lebih 30 menit. Setelah matang, sate bandeng sudah siap untuk dihidangkan. Biasanya, sate bandeng dihidangkan bersama nasi panas dan sambal khas Sunda.
Walaupun makanan khas ini memang belum banyak dikenal secara meluas di Indonesia, namun kelezetan dan cita rasanya tidak perlu diragukan lagi. Setiap harinya, sate bandeng selalu banyak dicari dan habis terjual oleh wisatawan yang datang ke Lebak maupun oleh warga lokal untuk dijadikan sebagai oleh-oleh maupun lauk-pauk. Sate bandeng ini bisa ditemukan di banyak tempat di daerah-daerah Banten, salah satunya di Kabupaten Lebak, tepatnya di wilayah Pasar Rangkasbitung dengan kisaran harga dari Rp.15.000,- hingga Rp.20.000,- per buah.
Cerita sejarah, keunikan dan cita rasa dari sate bandeng sebagai makanan khas daerah dari Provinsi Banten pun menjadi suatu daya tarik wisatawan dalam mencicipi dan membawa pulang sate bandeng sebagai oleh-oleh khas Provinsi Banten.
Ditulis Oleh : Berlian Tahta Raudla
Komentar
Posting Komentar