MANALAGI. Berbicara soal hidangan khas Suku Batak, banyak sekali yang bisa diulas. Namun kali ini Sasagun menjadi kuliner khas yang akan dibahas. Tidak seperti olahan khas Batak yang biasanya bercita rasa pedas dan asin, Sasagun hadir sebagai makanan manis yang berbahan dasar unik.
Sasagun merupakan olahan cemilan yang berbahan dasar tepung beras. Tepung beras yang digiling dengan mesin atau lesung tradisional, kemudian disangrai bersamaan dengan parutan kelapa dengan api kecil. Dan terakhir dicampur dengan gula merah atau putih. Dapat ditambahkan daun pandan bila perlu sebagai penambah aroma.
Mungkin saat melihat tampilannya yang cukup unik, beberapa orang kurang berselera. Bentuknya yang hanya seperti tepung dan warna yang tidak mencolok menjadikannya tidak semenarik makanan khas Batak lain. Namun jangan salah, Sasagun memiliki rasa yang bikin ketagihan.
Terdapat dua jenis Sasagun, yaitu yang dicampur gula putih dan gula merah. Sasagun yang menggunakan gula putih memiliki tekstur yang lebih halus seperti tepung. Sementara Sasagun dengan gula merah memiliki tekstur yang cenderung bergumpal karena gula merah yang lebih lengket.
Sejarah Sasagun berkaitan sebagai simbol makanan yang dibawakan bagi para perantau perang. Sasagun dapat bertahan selama dua sampai tiga bulan. Setelah masa perang, Sasagun merupakan makanan khusus yang hanya dimakan dan dibuat pada saat acara atau perayaan adat tertentu, namun sekarang sudah dapat dimakan tanpa ada acara adat khusus. Sasagun sekarang sudah dibuat dan dijual di pasar-pasar tradisonal. Namun bukan berarti Sasagun ditinggalkan sebagai makanan khas dalam acara adat. Beberapa keluarga Batak dengan adat yang kental masih menggunakan Sasagun dalam beberapa acara adatnya.
Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia. Terdapat beberapa rumpun dari Suku Batak, sehingga dapat dikategorikan menjadi Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi, Simalungun dan Toba. Karena terdapat banyak pembagian suku Batak berdasarkan persebarannya di daerah-daerah, Sasagun sendiri memiliki makna yang berbeda bagi masing-masing adat yang diterapkan.
Bagi suku Batak Toba, Sasagun bermakna sebagai makanan yang diberikan sebagai bekal selama perjalanan kepada perantau. Sasagun menjadikan orang yang sedang dalam perjalanan menjadi cepat kenyang karena bahan dasarnya berupa tepung beras dan gula. Sasagun juga dijadikan oleh-oleh ketika mengunjungi kerabat yang jauh. Selain itu Sasagun juga praktis untuk dibawa sebagai cemilan. Mayoritas suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Sehingga Sasagun juga dimakan pada saat perayaan natal dan pergantian tahun baru.
Sementara bagi suku Batak yang berada dibagian Tapanuli Selatan atau sekitaran Kota Padangsidimpuan seperti Batak Mandailing dan Batak Angkola, Sasagun digunakan sebagai makanan seserahan dalam pernikahan.
“Setelah dilaksanakan akad nikah, dibawa pihak laki-laki Sasagun itu ke rumah pengantin perempuan. Baru dimakan keluarga perempuan lah Sasagun itu bersama pengantinnya juga”, terang penjual Sasagun yang ditemui di Pasar Ucok Kodok pada Kamis, 31 Maret 2022.
Sampai sekarang Sasagun masih digunakan dalam acara pesta pernikahan pengantin Batak yang masih memegang erat adat istiadat setempat. Hal ini membuat Sasagun tidak hilang eksistensinya dari tanah Batak.
Untuk menikmati Sasagun sebagai cemilan sehari-hari merupakan hal yang sangat sederhana. Sasagun bisa langsung dimakan atau dicampur dengan gula pasir atau garam. Dimakan sedikit saja sudah membuat kenyang. Namun seiring perkembangan zaman, campuran dari Sasagun mulai bervariasi bisa dicampur dengan nanas, durian ataupun kacang sesuai selera.
Komentar
Posting Komentar