DAMI. Berbicara mengenai makanan khas di Indonesia, tidak akan pernah ada habisnya. Salah satu makanan khas dari wilayah Indonesia adalah leumeung yang berasal dari Malimping, Lebak Banten. Makanan khas dari wilayah Banten Selatan ini memiliki keunikan tersendiri dari tampilannya yang dibungkus dengan bilah bambu dengan ukuran yang cukup besar. Sudah sejak lama, leumeung selalu menjadi makanan primadona yang dipilih wisatawan untuk dijadikan sebagai oleh-oleh khas dari daerah Banten, tepatnya di daerah Malimping, karena makanan khas ini hanya bisa ditemukan di Pasar Malimping.
Makanan khas daerah dari tanah sunda yang dibalut dengan bilah bambu ini membuat leumeung memiliki daya tarik tersendiri dan menjadikannya sebagai makanan khas daerah yang unik dan paling diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke Malimping, Banten Selatan. Makanan khas daerah yang terbilang unik ini dibuat dengan menggunakan nasi ketan sebagai bahan dasarnya.
Walaupun hanya berbahan dasar nasi ketan, leumeung memiliki cita rasa yang unik dari hasil proses pembuatannya. Dalam membuat leumeung, penjual membutuhkan waktu kurang lebih selama 3 jam. Hal itu karena leumeung masih dimasak secara tradisional melalui proses pembakaran di tungku perapian tradisional yang memakan banyak waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pembuatan leumeung dimulai dengan menyiapkan bahan-bahan sederhana yang digunakan, yaitu beras ketan, santan, garam serta daun pisang dan bilah-bilah bambu untuk membungkus beras ketan tersebut. Kemudian, beras ketan yang telah direndam dengan air diberi santan dan garam sesuai takaran yang dibutuhkan. Setelah tercampur dengan merata, beras ketan dimasukkan ke dalam bilah bambu yang sudah dibersihkan dan dilapisi daun pisang di dalamnya. Beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu pun hanya ¾ bagian, tidak diisi dengan penuh. Setelah beras ketan tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu tersebut, bilah bambu ditutup dengan daun pisang dan kemudian leumeung dibakar diatas tungku perapian tradisional yang masih menggunakan kayu bakar dan arang. Selama proses pembakaran, leumeung harus dibolak-balik agar kematangannya merata. Proses pembakaran inilah yang dilakukan selama kurang lebih 3 jam dan membuat leumeung memiliki cita rasa yang khas dan menarik.
Seperti yang dikatakan Mak Sarmi yang sudah memproduksi dan menjual leumeung selama lebih dari 10 tahun,
“Yang bikin leumeung enak itu proses bikinnya, karena dibakarnya sampe 3 jam, terus bambu yang dipakai juga harus bambu yang bagus dan bakarnya geh harus selalu ditungguin karena harus dibolak-balik biar matengnya rata. Jadi rasa leumeung-nya enak, ngga hambar tapi juga ngga bau asep karena gosong.” kata Sarmi yang merupakan warga asli Malimping Banten ini sudah memproduksi dan menjual leumeung sejak tahun 2012. Menurutnya, hingga kini leumeung masih menjadi oleh-oleh khas yang banyak dicari oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah Malimping yang merupakan daerah wisata favorit dengan destinasi wisata pantai terindah nomor satu di Banten.
“Kalau lagi musim liburan, orang-orang pulang dari pantai atau mau ke pantai pasti beli leumeung sama opak, karena emang leumeung lebih enak kalau dimakan bareng-bareng.” jelas Mak Sarmi.
Cara penyajian leumeung pun cukup sederhana yaitu dengan membelah bilah bambu terlebih dahulu dan mengeluarkan beras ketan yang terbalut daun pisang. Kemudian, leumeung bisa dipotong menjadi beberapa bagian dan disajikan dengan telur asin dan teh hangat bersama teman-teman ataupun keluarga. Hingga kini, leumeung masih banyak dijumpai dan dijual di Pasar Malimping Banten dengan harga yang terjangkau, yakni hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp.30.000,- saja, wisatawan sudah bisa membawa leumeung dalam sebilah bambu.
Ditulis Oleh : Berlian Tahta Raudla
Komentar
Posting Komentar